Sabtu, 28 April 2012

Stroke Bayangi Belasan Juta Jiwa Kaum Muda


Jakarta, Kompas - Sebanyak 12 juta penduduk Indonesia berumur di atas 35 tahun berpotensi terserang stroke, selain ancaman penyakit dari jenis penyakit non-infeksi lainnya. Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi penyebab utama kejadian stroke di Indonesia.
Hal itu mengemuka dalam Sarasehan Nasional Peduli Stroke yang diadakan pada Sabtu (29/10) di Kantor Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Menurut Kamil Kinali, Ketua Himpunan Peduli Stroke, prediksi angka tersebut diperoleh dari hasil penelitian Kantor Kementerian Kesehatan yang dikumpulkan dari seluruh rumah sakit di Indonesia. ”Perlu upaya komprehensif untuk mengendalikan faktor risiko stroke di tengah masyarakat,” kata Kamil, Sabtu lalu.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengembangkan langkah- langkah strategis untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Salah satunya adalah dengan sosialisasi yang lebih gencar tentang penyebab stroke, pencegahannya, pengobatan, hingga penatalaksanaan pemulihan serangan stroke.
Stroke adalah kerusakan otak akibat sumbatan pada pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Menurut Salim Haris, dokter ahli saraf Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sebagian besar stroke disebabkan oleh sumbatan (sekitar 85 persen) dan sisanya karena perdarahan (15 persen).
Kerusakan otak menyebabkan kecacatan sehingga sangat memengaruhi kualitas hidup penderita atau keluarganya. Selain kehilangan kemampuan fisik, penderita stroke juga mengalami kemunduran kognitif.
Peringkat pertama
Di Indonesia, stroke merupakan penyebab utama kematian yang disebabkan penyakit non- infeksi. Temuan kasusnya terbilang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2008, prevalensi jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 1.000 populasi di Indonesia. Dengan jumlah populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke. Jumlah itu dari tahun ke tahun diperkirakan terus bertambah.
Seiring pertambahan usia, angka kejadian stroke terus bertambah. Setiap kali penambahan usia 10 tahun, dihitung dari masa usia 35 tahun, risiko stroke meningkat dua kali lipat. Sebanyak 5 persen orang Indonesia berusia di atas 65 tahun pernah mengalami setidaknya satu kali serangan stroke.
Menuju usia produktif
Widjaja Laksmi, dokter spesialis fisik dan rehabilitasi medik RSCM, mengatakan, jumlah penderita stroke yang lolos dari kematian semakin banyak berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan. Namun, mereka yang pernah terserang stroke lebih banyak meninggalkan gejala sisa yang berat.
”Pola makan tidak sehat, pola hidup yang penuh stres (tekanan), serta kurang olahraga akibat kesibukan menjadikan stroke bergeser ke usia produktif,” kata Widjaja. Untuk membantu pemulihan pasien stroke, 14 rumah sakit di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) membuka klub- klub stroke yang kemudian berada di bawah Himpunan Peduli Stroke.
Untuk menghindari serangan stroke, setiap individu hendaknya memperhatikan gaya hidup, selain memahami faktor risikonya masing-masing. (IND)

7 Cara Kurangi Risiko Terkena Stroke

Beberapa tahun terakhir, peningkatan penyakit tidak menular terus meningkat. Penyakit stroke, misalnya, serangan yang menyebabkan kematian jaringan pada otak itu, kini menjadi ancaman cukup serius, di samping juga penyakit lainnya seperti jantung, hipertensi, dan diabetes.
David Spence, MD, Direktur Pusat Pencegahan Stroke Robarts Research Institute di Kanada mengatakan, peluang kematian terkait penyakit ini sebesar 20 persen, sebesar 40 persen menjadi cacat dan 25 persen bersiko mengalami cacat berat.
Sementara itu, David Wiebers, MD, profesor neurologi di Mayo Clinic, mengungkapkan, sebanyak 50-80 persen risiko stroke dapat dicegah. "Caranya, memulai perubahan gaya hidup sehat sejak usia 25, 35, atau 45 tahun. Dengan demikian, Anda dapat memperkecil risiko stroke di usia 60, 70, atau 80-an," katanya.
Berikut ini adalah 7 (tujuh) langkah cermat mengurangi risiko terkena serangan stroke.
1. Minum air
Para peneliti Loma Linda University menemukan, pria yang meminum lima gelas air atau lebih setiap hari dapat memangkas risiko stroke sebesar 53 persen jika dibandingkan dengan orang yang minum kurang dari tiga gelas. Air membantu mengencerkan darah yang pada gilirannya memperkecil kemungkinan untuk membentuk bekuan darah, menurut Jackie Chan, DrPH, selaku peneliti utama. "Anda harus minum air sepanjang hari untuk menjaga darah tetap encer, dimulai dengan satu atau dua gelas di pagi hari," ujar Dr Chan.
2. Kurangi minum soda 
Peneliti dari Loma Linda University juga menemukan, pria yang minum dalam jumlah besar cairan lain selain air sebenarnya memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke (46 persen). Sebuah teori mengatakan, konsumsi minuman bergula seperti soda akan memicu keluarnya air dari aliran darah, dan menyebabkan penebalan darah.
3. Hindari stres
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan Stroke, para peneliti melibatkan 2.100 pria untuk mengetahui kaitan antara kecemasan dan stroke. Hasilnya diketahui bahwa pria yang selalu merasa cemas tiga kali lebih mungkin untuk mengalami stroke iskemik ketimbang pria yang  lebih tenang.
"Kecemasan menyebabkan kelebihan produksi kronis dopamin, suatu neurotransmitter yang mengatur kontrol dari sirkulasi otak," kata Ernest Friedman, MD, profesor psikiatri dari Case Western Reserve University.
4. Jauhi asap rokok
Peneliti dari University of Auckland menemukan bahwa orang terpapar asap rokok adalah 82 persen lebih mungkin menderita stroke dibanding mereka yang tidak pernah menghirup.
"Untuk menghilangkan setiap bit tunggal dari karbon monoksida, Anda harus menghirup udara segar selama sekitar 8 jam. Tetapi, sebagian besar karbon monoksida akan hilang dari tubuh Anda dalam satu jam pertama," kata Laurence Fechter, PhD, profesor toksikologi di University of Oklahoma.
5. Kurangi kadar homosistein
Mengonsumsi beberapa jenis vitamin dan mineral dapat menurunkan kadar homosistein yang berhubungan dengan terjadinya stroke. Asupan tambahan folat akan membantu mengurangi risiko stroke, tetapi hanya untuk beberapa orang.
"Sebanyak 50-60 persen tidak akan merespons dengan homosistein yang lebih rendah," kata Seth J Baum, MD, Direktur Medis Mind/Body Medical Institute, sebuah afiliasi Harvard.
Dr Baum merekomendasikan 1.000 mikrogram (mcg) asam folat, ditambah 25 miligram (mg) vitamin B6, 1.000 mcg B12, dan 1.800 mg asam amino N-asetil-sistein (NAC). "Dengan folat, B6, B12, dan suplemen NAC, hampir semua orang akan memiliki kadar homosistein yang normal," kata Dr Baum.
6. Aerobik
Latihan aerobik adalah obat antistroke. "Latihan teratur dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL, menurunkan kolesterol LDL, dan mengurangi kelengketan darah," kata Jerry Judd Pryde, MD, seorang psikiater dari Cedars-Sinai Hospital di Los Angeles.
7. Vaksin flu
Peneliti Perancis menemukan, orang yang mendapatkan vaksin flu setiap tahun selama lima tahun, 42 persen lebih rendah risikonya mengalami stroke dibandingkan mereka yang tidak.
"Infeksi kronis dan peradangan dapat menyebabkan kerusakan pada arteri dan meningkatkan risiko penggumpalan darah," kata Pierre Amarenco, MD.








8 Strategi Mencegah Stroke

Stroke atau hilangnya sebagian seluruh fungsi neurologis (saraf) yang terjadi secara mendadak kini menjadi salah satu penyakit yang cukup serius di Indonesia, karena jumlah kasusnya yang terus bertambah.

Di negara maju seperti Amerika Serikat, stroke menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian. Sedangkan di Indonesia, stroke adalah penyebab kematian terbesar dan penyebab kecacatan tertinggi.

"Diperlukan strategi untuk menghadapi stroke. Data di Indonesia menunjukkan bahwa 8,3 per 10.000 penduduk menderita stroke," kata dr. Ekawati Dani Yulianti, SpS, spesialis saraf dari Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, saat seminar Healty Brain for Healthty Life, di Jakarta, Sabtu (14/1/2012).

Bahkan lanjut Eka, sebanyak 23 persen pasien yang dirawat di rumah sakit akibat stroke berujung pada kematian.

Ada banyak faktor risiko yang memicu timbulnya stroke seperti hipertensi, diabetes mellitus, rokok, hiperkolesterolemia, sindrom metabolik, penyakit jantung, dan konsumsi alkohol berlebih. Tetapi, faktor risiko ini sebenarnya dapat diubah dengan cara tatalaksana gaya hidup.

Berikut ini adalah beberapa strategi jitu mencegah stroke seperti diungkapkan oleh dr. Eka :

1. Diet Sehat dan Seimbang


Diet sehat dan seimbang dapat diartikan dengan mengonsumsi banyak buah dan sayuran segar, susu rendah lemak, rendah kolesterol dan rendah natrium (asupan garam harian tidak boleh melebihi 2.300 mg atau sekitar 1 sendok teh)

2. Aktivitas fisik secara teratur
Latihan dengan tingkat sedang (akumulasi 30-60 menit) 4 sampai 7 hari dalam minggu. Misalnya, jalan santai, jogging, bersepeda, berenang. Untuk pasien berisiko tinggi direkomendasikan untuk mengikuti program yang diawasi secara medis.

3.  Kendalikan Berat Badan
Mempertahankan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada kisaran 18,5 sampai 24,9 kg/m2 dan lingkar pinggang kurang dari 80 cm bagi wanita dan kurang dari 90 cm bagi pria (standar Asia Timur dan Selatan).

4.  Stop Merokok
Rokok merupakan salah satu faktor pemicu terbesar terjadinya stroke. Segera berhenti merokok dan sebisa mungkin tinggal di lingkungan yang bebas dari asap rokok. Ada beberapa cara untuk menghentikan kebiasaan merokok dengan terapi pengganti nikotin (permen karet, patch) dan terapi tingkah laku.

5. Batasi Konsumsi Alkohol
Mengonsumsi alkohol sebenarnya tidak akan menjadi masalah asalkan tidak berlebihan. Konsumsi alkohol sebaiknya cukup dua gelas standar atau kurang per hari. Untuk pria, tidak boleh lebih dari 14 gelas per minggu. Sedangkan untuk perempuan kurang dari 9 gelas per minggu.

6. Kendalikan Hipertensi
Menurunkan tekanan darah yang tinggi sampai target kurang dari 140/90 mmHG (tanpa penyakit penyerta lain).

7. Kontrol Gula Darah
Bagi penderita diabetes, target penurunan tekanan darah lebih agresif kurang dari 130/80. Kontrol gula darah dengan target HbA1C <6,5 persen
8. Hiperkolesterolemia
Bagi penderita kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia), pemberian statin dan modifikasi gaya hidup dengan target kadar kolesterol LDL kurang dari 100 mg/dl.